Kolom
Oleh : Intan Kusuma Cahyani Putri (153080171)
Siapa yang tak kenal dengan sepeda onthel. Akhir - akhir ini sepeda lawas tersebut sangat di gemari oleh banyak kalangan, tidak tua dan tidak muda sehingga sepeda ini pun tak kalah populer dengan sepeda modern jaman sekarang. Dapat dipastikan juga banyak para penggemar sepeda lawas ini yang berlomba-lomba mencari sepeda tersebut karena sepeda ini terbilang sudah langka.
Sejarah singkat, sepeda ini bermula di Eropa. Sekitar tahun 1790, sebuah sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes. Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan. Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais. Namun sepeda berukuran besar ini mempunyai kekurangan karena tidak cocok untuk para wanita yang mempunyai badan mungil.
Sungguh sangat berumur sekali sepeda ini, kurang lebih 120 tahun yang lalu sepeda tersebut pertama kali diciptakan. Di masyarakat kita, sepeda lawas itu dikenal dengan beberapa sebutan, seperti ontel, jengki, kumbang dan sundung. Ontel berawal dari kata diontel artinya dikayuh, namun lama-kelamaan sepeda ini lebih popular dengan sebutan sepeda ontel.
Sangat disayangkan sekali jika masih banyak orang yang tidak peduli dengan keberadaan ontel tersebut. Ontel ini mempunyai nilai sejarah yang tinggi karena telah bertahan ratusan tahun didunia. Perlu muncul orang-orang yang peduli dan bersedia untuk merawatnya serta melestarikannya. Sepeda lawas tersebut juga mempunyai potensi nilai jual yang tinggi dikemudian hari karena jika semakin langka harga jual sepeda tersebut akan naik berlipat-lipat ganda dan cocok sebagai investasi. Selain dari sisi komersilnya, sepeda ontel ini perlu dirawat untuk melestarikan budaya Indonesia.
Sebagai manusia yang hidup di era modern dan digital ini, sangat miris sekali jika kita hanya memikirkan kemajuan teknologi masa kini. Kita perlu melihat kebelakang apa yang kita punya. Sangat cocok sekali dengan kata “Ontelku sayang dibuang” karena memang sayang sekali sepeda lawas ini untuk di tinggalkan. Sepeda ini bisa di jadikan warisan anak cucu kita dan pasti bermanfaat sebagai salah satu kepedulian anak bangsa untuk tetap melestarikan budaya leluhur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar