Senin, 31 Mei 2010

Masyarakat dan Teroris

Tajuk Rencana

Oleh : Intan Kusuma Cahyani Putri ( 153080171 / G )

Masyarakat tentunya mengapresiasi kinerja aparat kepolisian untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia. Apa yang dilakukan Densus 88 dalam adalah sebuah prestasi. Sudah begitu banyak tersangka atau terpidana kasus terorisme ditangkap dan diadili. Fakta itu menunjukkan kuatnya komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberantas terorisme.

Sebenarnya yang perlu kita pikirkan adalah mengapa jaringan teroris di Indonesia tetap tumbuh, padahal kita tahu dua pimpinan mereka seperti Dr Azahari dan Noordin M Top sudah di hokum mati. Dapat dikatakan ini disebabkan kultur masyarakat kita yang tidak berjalannya system pengawasan di level terendah. Sehingga yang sekarang perlu ditingkatkan adalah kewaspadaan masyarakat di tingkat terendah seperti RT karena ancaman teroris masih ada.

Jika kita sadari hal yang sering terjadi di masyarakat kita adalah tidak mengenalnya warga setempat pada penghuni rumah yang sering menjadi tempat markas teroris. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa masyarakat tidak melakukan kewaspadaan dan pengawasan dilingkungannya. Kondisi masyarakat yang tidak peduli dengan keadaan lingkungan sekitar itulah yang membuat jaringan teroris semakin merajalela.

Langkah yang sering di ambil kepolisian dalam pengerebekan teroris adalah penembakan mati. Cara tersebut sebenarnya sedikit mengganggu hak asasi manusia namun langkah yang di ambil kepolisian itu sudah sesuai dan mengikuti prosedur. Disisi lain penembakan mati dapat menjadi cara untuk menakuti siapa saja yang ingin terlibat dalam jaringan terorisme. Namun hal tersebut juga mempunyai kekurangan, yakni membuat tertutupnya pengungkapan jaringan terorisme lebih jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar