Tidak salah kalau teroris makin meresahkan hampir seluruh masyrakat khususnya di Indonesia. Keberadaanya yang tak tentu bisa datang kapan saja.
Masyarakat kita selalu dihebohkan dengan adanya kehadiran teroris-teroris. Media slalu memberitakannya hampir setiap hari terutama media televisi. Keberhasilan Densus 88 Polri menembak mati lima buronan teroris dan menangkap hidup seorang lainnya, ditanggapi dingin oleh publik. Hal ini berbeda sekali dengan keberhasilan mengungkap jejak kelompok terorisme di Aceh awal Maret 2010, ketika masih ada antuasiasme publik berkaitan dengan kinerja Densus 88 AT tersebut.
Banyak pendapat yang kini muncul terkait kinerja Densus 88 yang lebih dianggap sebagai konsolidasi di tubuh Polri. Walaupun Densus 88 telah banyak menoreh prestasi besar tetapi masih saja menjadikan sebuah pertanyaan besar mengapa para pemimpinnya mati tetapi jaringannya justru semakin menjamur?belum adakah pengawasan khusus tentang teroris di bagian paling terendah? Sudah banyak kasus terungkap bahwa antara teroris yang digrebek dan warga disekitar tidak ada yang mengenal padahal dari situlah jaringan teroris sulit bergerak.
Walaupun memang ciri dari sebagian mereka adalah orang-orang yang tertutup, tetapi kita harus membuang kultur yang tidak saling mengenal. Bagaimana pun menangkap teroris bukanlah seperti menangkap pencuri. Teroris juga bukan sekelompok orang dengan spontanitas mencapai tujuan lalu melakukan aksi teror melainkan bukan itu tujuan utamanya. Tujuan itu adalah jangka panjang. Teroris memang ada di sekililing kita, tetapi kita tetap percaya Tuhan yang melindungi kita serta masyarakat, aparat dan pemerintah yang siap melawan mereka.
Novia Hadiputri 153080235