Demi sebuah arogansi kelompok, menyesampingkan sifat fair play dan memberontak saat tim mereka kalah bertanding. Apakah tim sepak bola bangga mempunyai tim yang tidak mau menerima kekalahan?
Sepak Bola sudah menjadi kegemaran sendiri bagi sebagian orang. Memperebutkan satu bola dengan dua puluh dua pemain adalah hal yang konyol. Tapi disitulah keasikan permainan ini, mengadu adrenalin saat benda bulat itu mendekati gawang lawan. Teriakkan riuh, hujatan, maupun sorak sorai suporter sepab bola kerap mewarnai pertandingan sepak bola di Indonesia. Satu lagi ciri khas suporter di negeri ini yaitu anarkisme para fans fanatik klub-klub sepak bola. Sangat miris bila para suporter sepak bola Indonesia di lihat dari sisi anarkisnya mengalahkan prestasi dari klub sepak bola yang mereka bangga-banggakan. Arogansi para fans ini menimbulkan budaya etnosentrisme dan menuai konflik dimana-mana saat arogansi kelompok itu menguasai mereka. Mau benar atau salah, yang penting kelompok kami adalah pemenangnya, itulah cerminan yang terlihat dari para suporter ini.
Film dengan judul Romeo dan juliet versi sepak bola Indonesia, memang bisa dijadikan gambaran nyata dari dunia sepak bola Indonesia. Film yang mengisahkan anarkisme yang brutal yang disebabkan rasa fanatik berlebihan terhadap klub sepak bola oleh bobotoh viking bandung dan the jekmania jakarta memang bukan sekedar kisah film saja, tapi ini memang ada di kenyataan. Belum lama ini saja seorang suporter bonek mania surabaya menjadi korban karena terjatuh dari atap kereta api dalam pejalanan untuk melihat tim kesayangannya bermain. Memang tidak ada yang salah, kita fanatik terhadap sesuatu. tapi bila sebuah fanatik yang berlebih akan menimbulkan rasa gengsi. Apalagi bila rasa fanatik itu dimiliki oleh sebuah masa yang berjumlah besar, ini bisa saja menjadi sebuah mesin penghancur apa saja yang ada didepannya bisa disulut oleh api amarah.
Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius. The Jak akan membawa image “orange”, bobotoh dan aremania akan mengaku darahnya berwarna “biru“, dan bonek mania akan keluar darah warna “hijau“. Itu adalah gambaran betapa fanatiknya mereka terhadap kelompok sepak bola yang menjadi andalan mereka. Alangkah bahagianya saat tim kesayangan mereka memenangkan pertandingan, namun alangkah kecewanya mereka saat tim yang dibangga-banggakan kalan bertanding, mereka akan sedih, menangis, bahkan mengamuk karena tidak mau menerima kekalahan tim. Seharusnya kita mempunyai sifat adil saat menerima kenyataan menang atau kalah karena sepak bola adalah sebuah permainan, olah raga yang dalam pertandingannya harus ada yang menang dan yang kalah. Bila tim kesayangan kalah dalam pertandingan, bersikap fair play dan menghormati keputusan pertandingan dengan menerima kekalahan adalah sikap yang bijak untuk menyikapi sebuah permainan.
Untuk saat ini memang banyak media yang masih mengabarkan dengan berita miring kepada suporter dari Persebaya Surabaya yang menamakan dirinya Bonek mania. Ini bukan tidak beralasan kenapa media selalu mengabarkan negatif. dalam setiap laga persebaya dimanapun, pasti suporter ini berulah. bahkan Forum Wartawan Surakarta (F-WTS) dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Solo menggelar aksi protes terhadap tindakan anarkisme Bonek. Ini dilakukan karena ada oknum bonek yang memukul wartawan dan akan menjarah kameranya.
Diperlukan koordinasi dan kesadaran tinggi akan fair play semua pihak untuk menghentikan anarkisme para suporter persebaya dan suporter-suporter semua klub sepak bola yang ada di Indonesia ini, baik dari aparat kemanan, penyelenggara pertandingan, pemerintah setempat, koordinator wilayah masing-masing daerah asal suporter, dan klub itu sendiri. Sehingga dengan begitu tidak akan ada lagi yang namanya mengambil batu saat para suporter turun di stasiun untuk melempari rumah warga, dan sederet kejadian kelam yang terjadi hanya karena sebuah bola.
Penulisan Berita : Artikel Opini (Sekar Senja Diwani - 153080302)