Senin, 31 Mei 2010

Tajuk Rencana : Mempersempit Jaringan Teroris dengan Keterbukaan

Tidak salah kalau teroris makin meresahkan hampir seluruh masyrakat khususnya di Indonesia. Keberadaanya yang tak tentu bisa datang kapan saja.

Masyarakat kita selalu dihebohkan dengan adanya kehadiran teroris-teroris. Media slalu memberitakannya hampir setiap hari terutama media televisi. Keberhasilan Densus 88 Polri menembak mati lima buronan teroris dan menangkap hidup seorang lainnya, ditanggapi dingin oleh publik. Hal ini berbeda sekali dengan keberhasilan mengungkap jejak kelompok terorisme di Aceh awal Maret 2010, ketika masih ada antuasiasme publik berkaitan dengan kinerja Densus 88 AT tersebut.

Banyak pendapat yang kini muncul terkait kinerja Densus 88 yang lebih dianggap sebagai konsolidasi di tubuh Polri. Walaupun Densus 88 telah banyak menoreh prestasi besar tetapi masih saja menjadikan sebuah pertanyaan besar mengapa para pemimpinnya mati tetapi jaringannya justru semakin menjamur?belum adakah pengawasan khusus tentang teroris di bagian paling terendah? Sudah banyak kasus terungkap bahwa antara teroris yang digrebek dan warga disekitar tidak ada yang mengenal padahal dari situlah jaringan teroris sulit bergerak.

Walaupun memang ciri dari sebagian mereka adalah orang-orang yang tertutup, tetapi kita harus membuang kultur yang tidak saling mengenal. Bagaimana pun menangkap teroris bukanlah seperti menangkap pencuri. Teroris juga bukan sekelompok orang dengan spontanitas mencapai tujuan lalu melakukan aksi teror melainkan bukan itu tujuan utamanya. Tujuan itu adalah jangka panjang. Teroris memang ada di sekililing kita, tetapi kita tetap percaya Tuhan yang melindungi kita serta masyarakat, aparat dan pemerintah yang siap melawan mereka.


Novia Hadiputri 153080235

KOLOM : Dominasi Industri Musik Indonesia

Setiap orang pasti ingin sukses, ada yang ingin jadi pekerja kantoran, pengusaha, pebisnis sampai entertainer. Industri hiburan khususnya industri musik tanah air amat sangat membuka pintu gerbang bagi para penyanyi maupun band. Sayangnnya justru industri musik Indonesia diwarnai ajang kapitalisme sekedar pencarian keuntungan semata. Bermusik bukan dengan hati, industri musik hanya dijadikan alat instan menggapai kesuksesan. Semaikin instan semakin cepat pula band itu meredup.

Sebut saja band-band yang banyak bermunculan dan tak terhitung jumlahnya. Hari ini muncul bsok muncul lagi dan makin banyak lagi. Mungkin dari segi lirik sangat mudah dihafal khusunya untuk anak-anak jaman sekarang yang gemar menyayi lagu orang dewasa. Dari segi kualitas, musik mereka berbeda jauh kualitasnya dengan band-band yang justru ukurannya band indie. Memang jenisnya saja sudah beda, kalau major label ada sebuah tuntutan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, sedangkan indie label tidak ada tekanan dan bisa memunculkan warna dan kreatifitas di setiap musiknya.

Siapa yang salah pada industri musik kita?kapitalisme kah?atau keinginan mencari uang dengan jalan instan, bermodal tampan tetapi kualitas pemain dan musik sederhana serta lirik yang mendayu-dayu. Seharusnya bermusik bukan sekedar mampu memainkan lagu orang lain dengan sempurna, tetapi bagaimana memahami apa itu musik, untuk apa bermain musik dan apakah kita memiliki ideologi dalam bermusik. Piracy juga salah satu yang turut andil dalam menyebarnya gagasan musik yang tidak berkualitas tersebut. Terlepas dari itu semua, yang jelas yang berkualitas pasti akan bertahan lama. Hidup musik Indonesia!

Novia Hadiputri 153080235

Masyarakat dan Teroris

Tajuk Rencana

Oleh : Intan Kusuma Cahyani Putri ( 153080171 / G )

Masyarakat tentunya mengapresiasi kinerja aparat kepolisian untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia. Apa yang dilakukan Densus 88 dalam adalah sebuah prestasi. Sudah begitu banyak tersangka atau terpidana kasus terorisme ditangkap dan diadili. Fakta itu menunjukkan kuatnya komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberantas terorisme.

Sebenarnya yang perlu kita pikirkan adalah mengapa jaringan teroris di Indonesia tetap tumbuh, padahal kita tahu dua pimpinan mereka seperti Dr Azahari dan Noordin M Top sudah di hokum mati. Dapat dikatakan ini disebabkan kultur masyarakat kita yang tidak berjalannya system pengawasan di level terendah. Sehingga yang sekarang perlu ditingkatkan adalah kewaspadaan masyarakat di tingkat terendah seperti RT karena ancaman teroris masih ada.

Jika kita sadari hal yang sering terjadi di masyarakat kita adalah tidak mengenalnya warga setempat pada penghuni rumah yang sering menjadi tempat markas teroris. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa masyarakat tidak melakukan kewaspadaan dan pengawasan dilingkungannya. Kondisi masyarakat yang tidak peduli dengan keadaan lingkungan sekitar itulah yang membuat jaringan teroris semakin merajalela.

Langkah yang sering di ambil kepolisian dalam pengerebekan teroris adalah penembakan mati. Cara tersebut sebenarnya sedikit mengganggu hak asasi manusia namun langkah yang di ambil kepolisian itu sudah sesuai dan mengikuti prosedur. Disisi lain penembakan mati dapat menjadi cara untuk menakuti siapa saja yang ingin terlibat dalam jaringan terorisme. Namun hal tersebut juga mempunyai kekurangan, yakni membuat tertutupnya pengungkapan jaringan terorisme lebih jauh.

Mencegah Global Warming dengan Sepeda Ontel

Artikel Opini

Oleh : Intan Kusuma Cahyani Putri ( 153080171 / G )

Global Warming, ini adalah masalah kita bersama. Tidak bisa hanya dipikirkan satu atau dua orang saja tetapi seluruh manusia di dunia ini. Kesadaran akan perlunya pencegahan global warming ini harus di tanamkan sejak dini. Kenapa tidak? Karena dunia ini semakin panas dan sangat diperlukan orang-orang yang peduli akan pencegahan pemanasan global ini.

Bagaimana dengan cuaca hari ini? Pasti kita sependapat bahwa cuaca sekarang ini semakin hari semakin panas saja. Hujan pun jarang turun. Kalaupun turun hujan, pasti akan turun terus menerus selama beberapa hari dan akibatnya gampang kita prediksi, terjadi banjir dimana-mana sampai terjadinya tanah longsor. Kita semua sama-sama tahu bahwa pemanasan global sedang terjadi. peningkatan suhu itu terus berlanjut, banyak ilmuan memperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Nafas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.

Bila kita telah merasakan akibatnya dan cuaca yang semakin tidak menentu, pastilah kita akan mulai sadar akan bahaya Global Warming yang semakin terasa ini. Maka yang harus kita lakukan adalah mencari tahu cara pencegahan pemanasan global tersebut dan mengkomunikasikan ke semua orang akan bahaya laten Global Warming dan mengajak bersama-sama untuk melakukan pencegahan tersebut.

Sebenarnya banyak hal kecil yang dapat kita lakukan untuk membantu mencegah Global Warming, salah satunya seperti bersepeda ontel. Sepeda lawas atau biasa disebut sepeda ontel ini sekarang mulai digemari banyak kalangan dan terbukti banyak lahir komunitas sepeda ontel. Hal tersebut sangat membantu dalam pencegahan Global Warming, jika semakin banyak orang yang kembali bersedia mengayuh sepeda walaupun berawal menggemari sepeda ontel tersebut.

Mulai sekarang biasakan mengurangi kendaraan bermotor karena kendaraan bermotor adalah penghasil gas monoksida yang disinyalir merupakan penyumbang terbesar terjadi Global Warming. Hilangkan gengsi sesaat, karena ini menyangkut masa depan bumi kita bersama. Hal yang harus dilakukan sekarang adalah mensosialisasikan manfaat bersepeda kepada semua orang karena ini tugas kita bersama. Banyak yang dapat kita ambil manfaatnya dari bersepeda. Selain mencegah Global Warming, bersepeda juga baik untuk kesehatan.

Ontelku Sayang diBuang

Kolom

Oleh : Intan Kusuma Cahyani Putri (153080171)


Siapa yang tak kenal dengan sepeda onthel. Akhir - akhir ini sepeda lawas tersebut sangat di gemari oleh banyak kalangan, tidak tua dan tidak muda sehingga sepeda ini pun tak kalah populer dengan sepeda modern jaman sekarang. Dapat dipastikan juga banyak para penggemar sepeda lawas ini yang berlomba-lomba mencari sepeda tersebut karena sepeda ini terbilang sudah langka.

Sejarah singkat, sepeda ini bermula di Eropa. Sekitar tahun 1790, sebuah sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes. Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan. Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais. Namun sepeda berukuran besar ini mempunyai kekurangan karena tidak cocok untuk para wanita yang mempunyai badan mungil.

Sungguh sangat berumur sekali sepeda ini, kurang lebih 120 tahun yang lalu sepeda tersebut pertama kali diciptakan. Di masyarakat kita, sepeda lawas itu dikenal dengan beberapa sebutan, seperti ontel, jengki, kumbang dan sundung. Ontel berawal dari kata diontel artinya dikayuh, namun lama-kelamaan sepeda ini lebih popular dengan sebutan sepeda ontel.

Sangat disayangkan sekali jika masih banyak orang yang tidak peduli dengan keberadaan ontel tersebut. Ontel ini mempunyai nilai sejarah yang tinggi karena telah bertahan ratusan tahun didunia. Perlu muncul orang-orang yang peduli dan bersedia untuk merawatnya serta melestarikannya. Sepeda lawas tersebut juga mempunyai potensi nilai jual yang tinggi dikemudian hari karena jika semakin langka harga jual sepeda tersebut akan naik berlipat-lipat ganda dan cocok sebagai investasi. Selain dari sisi komersilnya, sepeda ontel ini perlu dirawat untuk melestarikan budaya Indonesia.

Sebagai manusia yang hidup di era modern dan digital ini, sangat miris sekali jika kita hanya memikirkan kemajuan teknologi masa kini. Kita perlu melihat kebelakang apa yang kita punya. Sangat cocok sekali dengan kata “Ontelku sayang dibuang” karena memang sayang sekali sepeda lawas ini untuk di tinggalkan. Sepeda ini bisa di jadikan warisan anak cucu kita dan pasti bermanfaat sebagai salah satu kepedulian anak bangsa untuk tetap melestarikan budaya leluhur.

Mbah Boncel: “Keliling Indonesia dengan Ontelnya”

Feature

oleh : Intan Kusuma Cahyani Putri (153080171)



Enam bulan waktu yang diperlukannya untuk melihat indonesia secara langsung.

Anda tahu sepeda Ontel? Kebanyakan orang pasti tahu akan sepeda lawas ini. Sepeda lawas yang konon hanya dipunya oleh para kompeni belanda dan para kerabat keraton ini kini di minati banyak kalangan. Siapa mengira sepeda ini juga dapat menjadi alat transportasi kita untuk keliling Indonesia. Loh? Pasti kalian terkejut maksud pernyataan tersebut. Ini terjadi pada Suprianto(57) yang biasa di panggil dengan sebutan Mbah Boncel. Sepeda ontelnya ini mampu mengantarkannya keliling Indonesia alias dari Sabang sampai Merauke. Tidak percaya? Saat ditemui didepan Gedung Agung tempat dimana ia sering nongkrong, ia dengan asik menceritakan asal mu asal mengapa bisa sampai keliling Indonesia mengendarai Ontelnya. Berawal dari keinginan besarnya yaitu melihat Indonesia secara langsung dan rasa sayang pada sepeda Ontelnya serta dukungan dari istri tentunya. “Lha wong saya cuma bawa uang 75ribu kok tapi keyakinan saya sangat tinggi”, ungkap mbah boncel yang kerjaan sehari-harinya sebagai supir truk.

Mbah Boncel memulai perjalannya dari Aceh pada 23 Februari 2007. Dengan modal yang terbilang sedikit, Mbah Boncel tetap tak mengurungkan niatnya. Ia merasa beruntung karena di setiap daerah ia pasti mendapatkan sambutan baik dari kepala daerahnya dan ini adalah salah satu bekal tambahan untuk ia menyelesaikan perjalanannya. “Saya tidak merasa kekurangan ataupun sampai kelaparan karena saudara saya ada diseluruh Indonesia”, ujar pria yang telah mempunyai dua anak ini.

Disela-sela ceritanya tentang perjalanannya mengelilingi Indonesia, Mbah Boncel pun menceritakan sejarah sepedanya ini. Sepeda ini pemberian orang tuanya pada tahun 1969, saat itu Mbah Boncel duduk di bangku kelas 1 SMP. Sebelum mempunyai sepeda tersebut Mbah Boncel harus berjalan kaki kurang lebih 75 KM untuk sampai sekolahnya. Sangat bersyukurlah kita yang hidup di jaman sekarang karena sudah banyak sekolah dimana-mana. Mbah Boncel berceritasaat memakai sepeda itu ia selalu di cemooh oleh temannya tapi ia tidak memperdulikannya karena ia yakin sepeda ini akan dapat membawanya kemana pun yang ia mau.

Kembali pada perjalanannya mengelilingi Indonesia, Mbah Boncel sampai di Jayapura pada 16 Agustus 2007. Sambutan hangat ia dapat dari pemerintahan Jayapura yang pada saat itu kebetulan sedang diselenggarakan karnaval di Jayapura. Mbah Boncel juga mendapatkan hadiah tiket pesawat oleh pemerintahan setempat untuk ke Merauke. Sehingga kurang lebih 6 bulan ia butuhkan untuk sampai Merauke.

Mbah Boncel mempunyai prinsip Independen, ia tidak mengikuti di satu komunitas sepeda Ontel di Jogja tapi siapa yang tidak kenal dengan Mbah Boncel karena temannya ada dimana-mana. Pemilukada sedang marak dan para calon sedang sibuk-sibuk melakukan kampanye. Mbah Boncel pun memanfaatkan hal tersebut. “Keinginan saya sekarang adalah meminta di buatkan passpor untuk keliling Asia pada Bupati Bantul yang saya jagokan ini jika benar terpilih menjadi Bupati”, kata Mbah Boncel yang bertempat tinggal di Mangiran, Bantul.

Balita Perokok?

Satu persatu fenomena balita perokok bermunculan di media.

Perkembangan zaman dan teknologi menawarkan hal-hal yang serba cepat. Informasi dapat diketahui secara langsung tanpa ada halangan jarak dan waktu. Adalah AR bocah berusia 2,5 tahun yang diketahui memiliki kebiasaan diluar bocah seusianya. AR adalah seorang bocah perokok aktif yang dapat menghabiskan 40 batang rokok perhari. Setelah kasus bocah perokok SW dari Malang (4 yang dapat menghabiskan rokok sebungkus perharinya, kini muncul nama AR (2,5) yang dapat menghabiskan 40 batang roko perhari.

Fenomena ini menyita perhatian para awak media di luar negeri mulai dari Inggris, Australia, Jerman, Spanyol dan lain-lain. Video AR yang sedang merokok berdurasi 1 menit 8 detik, hanya dalam beberapa jam saja sudah dilihat oleh ratusan orang. Hal ini mencoreng nama Indonesia dengan kebiasaan anak kecil yang tidak normal ini. Adanya kebiasaan buruk ini juga dipengaruhi oleh cara mendidik orang tua. Tidak semestinya para orang dewasa merokok di depan anak di bawah umur karena mereka masih dalam tahap meniru apa yang ada di sekitarnya. Iklan rokok juga bisa saja menjadi pemicu adanya fenomena ini. Pengawasan orang tua yang kurang saat anaknya menonton televisi dapat menyebabkan si anak bebas menonton apa saja dan tidak ada yang memberi tahunya tentang hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Awasi anak di bawah umur yang ada di sekitar Anda, jangan biarkan mereka mencoba sesuatu yang tidak pantas mereka lakukan karena anak di bawah umur masih dalam masanya meniru apa saja yang ada di sekitar mereka.



Penulisan Berita : Tajuk Rencana
Oleh : Sekar Senja Diwani - 153080302 / G

OPINI : Permainan tradisonal vs game modern

Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol. Begitulah definisi khusus mengenai budaya.

Pada dasarnya memang budaya itu harus dipelajari, kepemilikan budaya suatu bangsa, suatu daerah bahkan negara menjadikan sebuah keberagaman. Begitu juga dengan budaya yang ada di Indonesia khususnya Jawa. Budaya disini bukan hanya kesenian serta peninggalan tari-tarian dan lain-lain melainkan budaya unggah ungguh, kesenian dan juga permainan. Jangan salah, permainan dalah suatu budaya karena merupakan sebuah peninggalan yang harus dilestarikan. Refleksi dari budaya permainan yang semakin didominasi pihak asing. Ada nitendo, playstation, tamiya dan bahkan game onlinemasih. Anak-anak juga lebih suka menonton televisi berjam-jam.
Lantas apakah anak-anak kini masih mengenal cublak-cublak suweng, congklak, gobag sodor, enggrang dan masih banyak lagi.

Zaman memang sudah bergeser tetapi permainan tradisional haruslah selalu dilestarikan. Padahal permaian tradisonal juga banyak manfaatnya, dari segi kesehatan, permainan ini tidak mengandung pancaran radiasi seperti permaianan modern dari benda-benda elektronik. Permainan playstation cenderung individualis berbeda dengan permaian gobag sodor atau congklak. Yaa tentu keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing tetapi yang paling diharapkan bahwa jangan pernah kita melupakan dan menghilangkan indahnya budaya yang kita miliki khususnya permainan tradisional yang semakin terlupakan.

Novia Hadiputri 1153080235

Selasa, 18 Mei 2010

FANATISME SUPORTER SEPAK BOLA

Demi sebuah arogansi kelompok, menyesampingkan sifat fair play dan memberontak saat tim mereka kalah bertanding. Apakah tim sepak bola bangga mempunyai tim yang tidak mau menerima kekalahan?

Sepak Bola sudah menjadi kegemaran sendiri bagi sebagian orang. Memperebutkan satu bola dengan dua puluh dua pemain adalah hal yang konyol. Tapi disitulah keasikan permainan ini, mengadu adrenalin saat benda bulat itu mendekati gawang lawan. Teriakkan riuh, hujatan, maupun sorak sorai suporter sepab bola kerap mewarnai pertandingan sepak bola di Indonesia. Satu lagi ciri khas suporter di negeri ini yaitu anarkisme para fans fanatik klub-klub sepak bola. Sangat miris bila para suporter sepak bola Indonesia di lihat dari sisi anarkisnya mengalahkan prestasi dari klub sepak bola yang mereka bangga-banggakan. Arogansi para fans ini menimbulkan budaya etnosentrisme dan menuai konflik dimana-mana saat arogansi kelompok itu menguasai mereka. Mau benar atau salah, yang penting kelompok kami adalah pemenangnya, itulah cerminan yang terlihat dari para suporter ini.

Film dengan judul Romeo dan juliet versi sepak bola Indonesia, memang bisa dijadikan gambaran nyata dari dunia sepak bola Indonesia. Film yang mengisahkan anarkisme yang brutal yang disebabkan rasa fanatik berlebihan terhadap klub sepak bola oleh bobotoh viking bandung dan the jekmania jakarta memang bukan sekedar kisah film saja, tapi ini memang ada di kenyataan. Belum lama ini saja seorang suporter bonek mania surabaya menjadi korban karena terjatuh dari atap kereta api dalam pejalanan untuk melihat tim kesayangannya bermain. Memang tidak ada yang salah, kita fanatik terhadap sesuatu. tapi bila sebuah fanatik yang berlebih akan menimbulkan rasa gengsi. Apalagi bila rasa fanatik itu dimiliki oleh sebuah masa yang berjumlah besar, ini bisa saja menjadi sebuah mesin penghancur apa saja yang ada didepannya bisa disulut oleh api amarah.

Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius. The Jak akan membawa image “orange”, bobotoh dan aremania akan mengaku darahnya berwarna “biru“, dan bonek mania akan keluar darah warna “hijau“. Itu adalah gambaran betapa fanatiknya mereka terhadap kelompok sepak bola yang menjadi andalan mereka. Alangkah bahagianya saat tim kesayangan mereka memenangkan pertandingan, namun alangkah kecewanya mereka saat tim yang dibangga-banggakan kalan bertanding, mereka akan sedih, menangis, bahkan mengamuk karena tidak mau menerima kekalahan tim. Seharusnya kita mempunyai sifat adil saat menerima kenyataan menang atau kalah karena sepak bola adalah sebuah permainan, olah raga yang dalam pertandingannya harus ada yang menang dan yang kalah. Bila tim kesayangan kalah dalam pertandingan, bersikap fair play dan menghormati keputusan pertandingan dengan menerima kekalahan adalah sikap yang bijak untuk menyikapi sebuah permainan.

Untuk saat ini memang banyak media yang masih mengabarkan dengan berita miring kepada suporter dari Persebaya Surabaya yang menamakan dirinya Bonek mania. Ini bukan tidak beralasan kenapa media selalu mengabarkan negatif. dalam setiap laga persebaya dimanapun, pasti suporter ini berulah. bahkan Forum Wartawan Surakarta (F-WTS) dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Solo menggelar aksi protes terhadap tindakan anarkisme Bonek. Ini dilakukan karena ada oknum bonek yang memukul wartawan dan akan menjarah kameranya.

Diperlukan koordinasi dan kesadaran tinggi akan fair play semua pihak untuk menghentikan anarkisme para suporter persebaya dan suporter-suporter semua klub sepak bola yang ada di Indonesia ini, baik dari aparat kemanan, penyelenggara pertandingan, pemerintah setempat, koordinator wilayah masing-masing daerah asal suporter, dan klub itu sendiri. Sehingga dengan begitu tidak akan ada lagi yang namanya mengambil batu saat para suporter turun di stasiun untuk melempari rumah warga, dan sederet kejadian kelam yang terjadi hanya karena sebuah bola.


Penulisan Berita : Artikel Opini (Sekar Senja Diwani - 153080302)

Selasa, 11 Mei 2010

keadilan yang independent

fakta demi fakta mulai terkuak di negeriku indonesia. nama nama besar mulai runtuh terjerembab dalam kasus kasus KKN.

betapa malang nasib indonesia, keadilan menjadi barang langka. kasus yang baru terkuak akhir akhir ini yakni makelar kasus menjadi indikasi betapa rapuhnya keadilan di bumi pertiwi ini. instansi instansi terkait mulai mencari kambing hitam untuk mencari amannya masing masing. makelar kasus bukanlah hal baru, kasus ini sudah terjadi dalam beberapa generasi.
untuk mengetahui siapa yang salah bagai menarik gulungan benang yang kusut. fitnah dan adu argumentasi menjadi tontonan menarik bagi bangsa ini. pemerintah dan masyarakat bagai musuh dalam selimut. disatu sisi saling melakukan kecurangan dan yang lain melakuklan protes dengan anarki. lalu mau dibawa kemana keadilan di bumi ini. berapa harga untuk membayar keadilan yang independent dan bagaimana cara untuk membentknya itulah yang indonesia harus cari tahu.
keadilan adalah hak hakiki manusia. dan itu sudah dijamin oleh negara, maka tegakkanlah hal itu sebelum hukum rimba kembali meraja rela. (kolum by : gilang wicaksono\153080315)

Prosentase Lulus UN Berkurang


Beberapa waktu lalu telah diadakan Ujian Nasional baik ditingkat SD, SMP, maupun SMA. Diadakannya Ujian Nasonal sebagai penentu kelulusan siswa in masih menuai pro kontra. Banyak siswa yang merasa tidak nyaman karena kelulusan hanya menuntut nilai akhir. Banyak cara ditempuh para siswa untuk memaksimalkan kegiatan belajar mereka baik dengan mengikuti les di luar sekolah sampai melakukan doa bersama meminta restu dari para orang tua dan guru. Apakah jalan yang dipilih pemerintah sudah benar mengenai diadakannya Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan mengingat pendidikan di Indonesia masih belum merata.

Namun sangat disayangkan hasil yang diterima tidak terlalu memuaskan. Banyak sekali siswa yang tidak lulus dan kebanyakan siswa gagal dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Kedua mata pelajaran ini sering dianggap mudah oleh para siswa. Mungkin karena terlalu meremehkan, para siswa agak mengenyampingkan kedua mata pelajaran ini sehingga mereka tidak lulus UN dengan hasil yang maksimal.

Masa belajar yang ditempuh dengan tingkatan berbeda, hanya ditentukan dalam kurun waktu beberapa hari saja. Hal ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan para siswa sendiri sebagai pelaku ujian. Oleh sebab itu, siswa harus fokus dan menganggap semua mata pelajaran yang di ujiankan penting. Atmosfer ujian juga sangat penting dibangun dikalangan siswa sendiri. Agar terjadi persaingan dan memacu para siswa untuk giat belajar dan bersaing secara sehat.




kolom (Sekar Senja Diwani - 153080302)

Rabu, 05 Mei 2010

Minuman Dingin Dari Tetesan Keringat



peluh keringat bercucuran, kulit khas ras melayu sedikit menghitam terbakar teriknya matahari, dengan berbekal gerobak penghilang dahaga dia mengadu nasib demi keluarga tercinta.

tatapan optimis dan rasa semangat anto seorang pria paruh baya dengan penglaman pahit yang melanda hidupnya. pedagang kaki lima asal magelang jawa tengah ini banting tulang bermandikan keringat dan dihujani terik matahari siang demi keluarga. "kebutuhan ekonomi bagi dirinya bukan satu satunya hal yang ingin dia dapatkan" jelas anto sambil mengusap tetasan keringat hasil kerja kerasnya. kerja keras dan semangat adalah modal utama baginya untuk tetap dapat menafkahi keluarga tercinta.
puluhan botol minuman menjadi saksi bisu akan pengabdiannya, ratusan mill perjalanan menjadi latar dari kisah hidupnya, anto seorang mantan eksekutive salesman salah satu perusahaan mobil ternama di Indonesia ini memutuskan untuk berganti profesi menjadi kaum pedagang kaki lima yang memiliki pangkat low ekonomi. "saya keluar bukan karena gaji yang tak cukup atau kerja yang tak enak, hanya saja aku ingin selalu ada ketika keluargaku membutuhkan" begitulah penuturan dari ayah 1 orang anak ini. pengalaman pahit ketika dia harus pergi bekerja ketika ibu kandung tercinta meninggal membekas dihatinya. sungguh sangat ironi bagi dirinya yang setengah mati berjuang demi keluarga tetapi malah tak dapat melihat jasad ibunya untuk yang terakhirkali.
penyesalan yang menghantuinya bertahun tahun lalu menjadi pelajaran beharga bagi dirinya. " jika ingin hidup kaya itu mudah, tapi jika ingin hidup bahagia jadilah pengusaha" kata kata yang keluar dari bibir seorang pria bersosok kekar namun berhati lembut seperti sutra. apa yang dialami oleh anto ini merupakan -pelajaran penting bahwa semakin lama pekerjaan itu semakin sempit maka jadilah pembuat pekerjaan jangan pencari pekerjaan/ (jk-gilang wicaksono 153080315)

Selasa, 04 Mei 2010

JOC (Jogja Onthel Community)

Feature News (Sekar Senja Diwani - 153080302)

Meter demi meter jalan raya dilalui dengan rasa rendah diri di antara asap yang mengepul dari kendaraan bermotor.

Aji, seorang atlit renang yang lahir di Jogja namun besar di Jawa Timur ini merupakan salah satu anggota JOC (Jogja Onthel Community). Ketertarikannya pada sepedaia buktikan dengan bergabung dalam JOC satu tahun yang lalu. Sepeda onthel yang ia beli dengan harga tiga ratus ribu rupiah di pasar sepeda, kini sudah menjadi teman yang setia mengantarnya mengelilingi Kota Jogja.

Bergabungnya Aji dalam Komunitas Onthel yang berdiri tahun 2002 ini, tak lain karena persamaan visi dan misi yaitu menjalin hubungan yang baik antara pecinta sepeda onthel dan mengurangi efek global warming. JOC sendiri mempunyai kegiatan yang menarik, yakni touring satu bulan sekali dengan sepeda masing-masing, mengadakan bakti social, bahkan menjadi sukarelawan saat ada daerah yang terkena bencana.

Saat pertama kali bergabung dengan komunitas ini, ada satu kegiatan yang wajib Aji ikuti yaitu ospek. Aji disuruh bersepeda ke Solo lalu kembali lagi ke Jogja. Tidak peduli panas atau hujan tetap Aji terjang karena karena keinginannya untuk bergabung dalam JOC. Satu hal yang membuat Aji senangdalam komunitas ini yaitu kesederhanaan yang terjalin antar anggotanya. Karena kebanyakan anggota JOC adalah golongan masyarakat menengah ke bawah dan banyak diantara anggota JOC yang merupakan anak seorang petani maupun buruh. Namun di balik kesederhanaan yang mereka miliki, tersimpan satu keinginan keras untuk melestarikan budaya bersepeda.

Untuk menjaga hubungan antar anggota JOC, diadakan “nongkrong bareng” yang bertempat di depan Benteng Vredenburg setiap hari Minggu mulai pukul 19.00 sampai selesai. Apabila keadaan jalan tidak terlalu ramai, Aji dan teman-temannya melakukan konvoi keliling Kota Jogja setelang nongkrong di depan benteng. Keberadaan JOC ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. “Kita ga pernah diusir kalo nongkrong di benteng, tapi kalo ada acara resmi di Benteng atau Gedung Agung cuma diberi peringatan aja,” jelas Aji dengan logat betawi dan gaya santainya. “JOC sendiri sering diikutsertakan dalam kepanitiaan WALHI, Hari Bumi, dan kita senang-senang aja bias terlibat langsung sebagai panitia,” tambahnya.

Aji tidak minder dengan komunitas yang ia ikuti walaupun kebanyakan anggota tidak mempunyai sepeda onthel yang orisinil dan lengkap seperti para anggota komunitas PORI dan POJOK. “Kalo kita mah ga punya sepeda onthel yang lengkap kayak anak-anak PORI atau POJOK, yang penting setiap anggotanya punya kepedulian untuk melestarikan budaya bersepeda dan yang terpenting punya pit onthel mbak .. hahahaha ,” papar Aji sambil melirik ke komunitas POJOK di pojok benteng. Walaupun ada berbagai macamkomunitas sepeda seperti PORI, POJOK, Batavia, Paskas, namun tidak ada persaingan antar komunitas pit onthel ini. Tujuan mereka sama, yaitu melestarikan budaya bersepeda dan mengurangi efek global warming.