Senin, 12 April 2010

Wayang Ku Melayang

SOFTNEWS : SEKAR SENJA DIWANI - 153080302

Wayang merupakan kebudayaan asli Indonesia khususnya Jawa, mempunyai falsafah, tata krama, kesusastraan, tata lukis yang semuanya asli Jawa. Namun tidak sedikit masyarakat yang melupakan kebudayaan Jawa ini.

Tidak dipungkiri bahwa Indonesia khususnya Jawa mempunyai kepercayaan tentang cerita yang terjadi pada zaman dahulu seperti cerita Ramayan dan cerita Mahabarata. Cerita ini dibawa oleh pedagang Gujarad (India) yang datang ke Indonesia. Cerita Ramayana dan cerita Mahabarata kemudian diubah secara mendasar menjadi cerita Jawa dan terciptalah kakawin Ramayana dan kakawin Baratayudha.

Wayang mempunyai tiga arti, yaitu wayang kulit, kain, maupun kayu kemudian pagelaran wayang, dan arti yang terakhir adalah refleksi filsafat hidup Jawa. Dalam suatu pagelaran wayang dipimpin oleh Dalang yang bertindak sebagai media (perantara) untuk mendatangkan roh nenek moyangdalam bentuk bayang-bayang yang menggambarkan tiruan kehidupan manusia kepada masyarakat. Wayang sebagai simbol untuk menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga menjadi pelajaran moral bagi masyarakat.
Bermacam-macam seni terkandung dalam sebuah wayang, yaitu drama, sastra, suara, tari, karawitan, ukir dan pahat. Wayang juga mempunyai berbagai macam unsur, yaitu hiburan, seni, ilmu pendidikan dan penerangan, mistik dan simbolik. Pagelaran wayang pada zaman dahulu bukan hiburan semata namun merupakan pagelaran sakral.
Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memberi perhatian khusus kepada kebudayaan wayang ini. Ada sebuah museum wayang di Jalan Yogya – Wonosari Km.7 no. 277 yang bernama Museum Wayang Kekayon Yogyakarta. Museum ini didirikan sejak tanggal 23 Juli 1990 oleh almarhum Prof. Dr. dr. KRT Soejono Prawirohadikusumo, DAS, DAJ. Beliau adalah seorang dokter kejiwaan yang memperoleh inspirasi mendirikan museum wayang saat menyelesaikan studinya di Groninge Nederland. Setelah Pak Soejono wafat, museum ini dikelola oleh anaknya yang keempat, Doni Suryo yang merupakan adik dari Roy Suryo, pakar telematika.
Menurut Pak Poniran, salah satu penjaga Museum Kekayon, museum yang buka dari 09.00 – 14.00 ini mempunyai kurang lebih lima ribu koleksi wayang. “Ada wayang tertua berasal dari Solo dan tersimpan di lemari kaca yang mempunyai usia sekitar satu abad (seratus tahun)” tutur Pak Poniran. “Wayang-wayang ini dibersihkan setahun sekali dengan ritual tertentu saat Suro” tambahnya.

Ada jenis wayang menurut hal pembedanya. Klasifikasi wayang berdasarkan waktu dibedakan menjadi enam, yaitu : Wayang Purwo, Wayang Madya, Wayang Klitik dan Wayang Krucil, Wayang Gedog dan Wayang Beber, Wayang Kartosuran (Dupara), dan Wayang Suluh. Klasifikasi wayang berdasarkan material ada empat macam, yaitu : Wayang Kulit (terbuat dari bahan kulit), Wayang Golek (terbuat dari bahan kayu), Wayang Beber (dibuat dari bahan kain), dan Wayang Orang (pemain wayang yang dilakukan oleh manusia). Klasifikasi wayang berdasarkan format / ukuran dibedakan menjadi empat macam, yaitu : Wayang Besar (Kadung), Wayang Standar (umum), Wayang Kidang Kencono (medium), dan Wayang Kaper.
Seiring bergantinya waktu, keadaan museum ini telah jauh berubah dan semakin sedikit pengunjung yang datang untuk melihat koleksi wayang yang ada di museum ini. “Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung museum ini semakin menurun” tutur Pak Hadi (40) salah satu penjaga Museum Wayang Kekayon. “Pengunjung museum ini tidak menentu, kadang ramai saat kunjungan dari sekolah-sekolah dan kadang sepi bahkan tidak ada pengunjung satu orang pun yang datang” tambahnya.

Saat museum ini masih dipegang oleh Pak Soejono masih sering diadakan pertunjukkan kesenian tradisional / Pagelaran Wayang, yang dilanjutkan dengan acara Dahar Bersama dan Peninjauan Keliling Museum. “Dulu lingkungan museum ini masih sangat terjaga, banyak pohon-pohon rindang, tanaman-tanaman langka sampai hewan-hewan yang dipelihara di sekitar museum ini, namun sekarang semuanya kurang terawat dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah maupun pemiliknya” Papar Pak Hadi yang bertempat tinggal di Jalan Magelang.

Berkurangnya minat masyarakat terhadap kebudayaan wayang memerlukan perhatian khusus mengingat wayang merupakan salah satu kebudayaan yang mempunyai arti besar bagi moral masyarakat. Dalam penokohan wayang terdapat tokoh baik dan buruk, semua kehidupan manusia tercermin dalam dunia wayang. Wayang merupakan seni yang dinamis, berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan selalu sarat dengan falsafah hidup dan estetika yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar