Selasa, 20 April 2010

"Kusir muda" mengendarai kuda demi cita-cita


Seperti biasa malam-malam di sepanjang jalur Malioboro selalu menjadi magnet bagi siapa saja yang datang ke Yogyakarta. Wisatawan local, wisatawan asing, pengamen, pedagang pakaian, kuliner, tukang becak dan juga andong wisata.

Namun ada yang berbeda dari biasanya, seorang pemuda berpakaian jawa lengkap duduk di atas andong sambil merenung, bersabar menunggu penumpang yang datang.Berseberangan persis dengan Mal Malioboro, pemuda itu terlihat pendiam. Wajahnya sangat kontras dengan rekan seprofesinya yang rata-rata berusia diatas 40 bahkan 50 tahun. Azis (20) pemuda yang berdomisili di Kota Gede itu lah yang menarik perhatian saya, muda, berbeda dan tidak malu untuk menjadi seorang kusir.

“Saya baru 1 minggu og mba.. yaa saya belajar jadi kusir menggantikan bapak saya” ucapnya sambil tersenyum. Dengan seragam berwarna biru langit dilengkapi blangkon dia pun mengungkapkan bahwa dia juga ingin kuliah. Sebelumnya, Azis memang telah mendaftar di Akpol dan Akademi Angkatan Udara tetapi impiannya kandas karena dia tidak diterima setelah melewati serangkaian ujian. Dia tidak pernah menyerah, walaupun dia belum mendapat kesempatan dia menggantikan sang Bapak, Suradi (50) duduk di atas andong dan siap mengantar siapa saja termasuk saya.

Sambil duduk agak jauh, ayahnya terlihat memperhatikannya yang nantinya dia akan dinilai oleh ayahnya. Maklum Azis baru 1 minggu bekerja. Andong wisata milik keluarga itu beroperasi sejak pukul 4 sore sampai 11 malam. Dengan tarif Rp 40.000,- sampai Rp 50.000,- saat liburan tiba anda bisa diantar berwisata ke Alun-alun, Keraton, RS PKU dan kembali lagi ke jalan malioboro.

“Sambil narik, yoo aku juga cari lowongan kerja sampe aku bisa daftar kuliah lagi mba..” Yaa, tekadnya cukup besar untuk melanjutkan pendidikan. Karena Azis masih belajar, begitupun kuda yang ditariknya “masih baru juga mba.. dari Bantul”. Sambil tersenyum dia bercerita”Andong saya pernah kena SATPOL PP gara-gara lupa pasang kantong buang air besar kudanya hahaha..”. Walaupun malam itu sepi penumpang dia selalu sabar menanti. Menjadi “kusir muda” bukanlah hal yang memalukan asal dijalani dengan ikhlas, ungkapnya.(NOVIA/JC)


Nama : Novia Hadiputri
NIM : 153080235

Selasa, 13 April 2010

Soft News



Anak Wayang Indonesia

Menggali kreatifitas anak dari Jogja keseluruh dunia

Yogyakarta-Begitu saya sampai di sebuah tempat yang berada di Jalan Jagalan No.65 saya membaca sebuah papan bertuliskan “Anak Wayang Indonesia”. Di tempat yang tidak terlalu luas ini saya melihat beberapa anak-anak kecil yang sedang asyik menggambar dan bermain. Selain itu disekeliling tembok terdapat salah satu tulisan “Hormatilah yang sedang berbicara”.

Begitulah sanggar Anak Wayang Indonesia, ramai dan penuh suka cita. Sanggar ini telah dibangun sejak belasan tahun lalu. Pasti anda bertanya mengapa sanggar anak ini bernama Anak Wayang Indonesia? Menurut Rossi selaku pendamping, awalnya sanggar ini bertempat di Mergangsan tepatnya di rumah salah seorang seniman wayang bernama Sukasman yang kini telah almarhum, Beliau adalah seorang pengrajin serta penggiat wayang, maka dari itu sanggar ini dinamakan anak wayang. Salah satu pendiri yang juga Pembina AWI mulanya concern terhadap anak, seperti semua yang melingkupi kegiatan anak, budaya dan kesenian. Anak-anak yang berusia 2-18 tahun, mereka mengikuti kegiatan seni tari dan gamelan serta pementasan teater yang waktu itu dilakukan secara spontan.

Saat ini AWI telah memiliki anak asuh sekitar 150 anak. Anak-anak sangat dibantu sekaligus memberikan bermacam kegiatan bermanfaat di luar sekolah dan rumahnya. AWI berharap dengan banyaknya anak yang bergabung khususnya mereka yang kurang mampu bahwa anak-anak akan mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mendapatkan hak-hak anak. Hak bermain, hak untuk mendapatkan perlindungan juga keceriaan. Kegiatan yang ada di AWI dibagi menurut kelompok usia, SD, SMP maupun SMA, karena kreatifitas tiap anak akan berkembang sesuai waktunya. Kegiatannya yaitu menggambar, teater, memasak, teater anak bahkan pantomime. Yang sangat membanggakan bahwa melalui pementasan teater dan pantomime di LIP (Lembaga Indonesia Perancis) mampu membawa sanggar AWI keliling Belanda.

Pertemuan mereka dengan seorang agency Festival Mundial Belanda di LIP membuat lelaki tersebut tertarik untuk mengajak AWI untuk pentas di seluruh wilayah Belanda selama 21 Hari dan diikuti 11 anak serta 4 pendamping. Mereka menampilkan teater dan pantomim. Semua akomodasi dan transportasi ditanggung pihak penyelenggara. Wah hebat sekali bukan? Selain Belanda, AWI juga pernah dibiayai oleh pengusaha-pengusaha Jogja yang diprakarsai oleh GKR. Hermas ke Korea selama 7 hari. Betapa menyenangkannya jika anak-anak dapat tekun mengasah kreatifitas dan terpenuhi segala hak-haknya sebagai anak. Anak itu harus ceria, begitulah yang diharapkan dari sanggar Anak Wayang Indonesia ini.(novia)

Nama : Novia Hadiputri
NIM : 153080235


Hard News



Museum Wayang Kekayon Sepi Pengunjung


Yogyakarta (12/4), Berkurangnya wisatawan yang berkunjung ke museum wayang kekayon. Mengapa demikian?apa yang melatarbelakangi?

Berkurangnya wisatawan yang berkunjung ke museum wayang kekayon Yogyakarta ini sangat disayangkan bagi sejumlah pihak. Museum yang didirikan oleh Prof. Dr.dr. KRT Soejono Prawiirohadikusumo, DAS, DAJ ini beroperasi sejak tahun 1990. Semenjak kepergian beliau museum ini semakin hari semakin sepi. Banyak factor yang mempengaruhi berkurangnya wisatawan untuk mengunjungi museum. Menurut salah satu penjaga museum, Hadi (40) “Salah satu factor terbesar saat ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk turut menjaga kelestarian budaya, selain itu perawatan museum hanya mengandalkan dana swadaya.” Beliau juga mengatakan bahwa pemerintah seharusnya lebih memperhatikan cagar budaya yang ada di pinggir kota Jogja dan tidak terpusat di kota Jogjakarta saja.

Museum seluas 1 hektar ini hanya dikunjungi 1-2 orang saja per hari, berbeda saat beberapa tahun setelah museum ini dibuka. Beberapa kaca pelindung wayang juga banyak yang rusak akibat gempa dan tidak tertangani. Tarif masuk museum ini berkisar Rp 7.000. Biaya masuk digunakan sebagai pendanaan museum., padahal yang berkunjung sangat tidak tentu. Secara fisik museum wayang ini memang terlihat kurang terawat. Museum wayang ini memiliki koleksi yang komplet mulai dari wayang berusia 1 abad, wayang Jawa, Sunda, Cirebon bahkan wayang luar negeri seperti Thailand, India maupun Eropa. Masyarakat seharusnya bisa memanfaatkan museum ini agar mendapatkan pengetahuan budaya pewayangan seperti tokoh pewayangan Prabu Yudistira, Raden Puntadewa, Semar, Gareng, Petruk dan masih banyak lagi.(novia)

Nama : Novia Hadiputri
NIM : 153080235

Kartika Affandi, Seni itu Sesuatu Yang Sederhana



YOGYAKARTA, 13/4 - Melihat seniman muda sekarang lebih kreatif. “Kok seniman muda sekarang pinter-pinter, akalnya banyak, membuat sesuatu dengan apa adanya, tapi kok ya bisa jadi nyeni", itulah komentar Kartika Affandi disela-sela acara melukis bareng Pasar Burung Ngasem, Yogyakarta, Minggu (11/4). Putri pasangan Affandi dan Maryati yang lahir di Jakarta, 27 November 1934 ini, sejak usia dini telah hidup dan belajar dari sang ayah. Walaupun oleh ayahnya ia dibebaskan memilih jalan hidupnya, pilihannya jatuh pada seni melukis. Sehingga tidak heran corak karya lukisannya tidak berbeda jauh dari sang ayah. Mulai belajar melukis bersama sang ayah sejak 1958. Kartika terus menghasilkan ribuan karya seni rupa. Tahun 1957 untuk pertama kalinya pameran bersama dengan pelukis wanita di Yogyakarta, ditahun 1958 pameran bersama keliling Negara-negara sosialis. Pada tahun 1964, ia mengikuti pameran bersama di Museum Modern of Art, Rio De Janeiro, Brazil. Di tahun 1967, membantu Affandi membuat lukisan dinding (Fresco) di East West Center University of Hawaii, USA. Di tahun 1977, ia menjadi kurator pada museum Affandi hingga sekarang. Dan pameran-pameran besar lainnya yang pernah ia ikuti baik di dalam mau pun di luar negeri.
Putri maestro seni rupa Affandi ini menceritakan masa mudanya mendalami dunia seni lukis. "Dulu, banyak seniman membuat karya yang njelimet (rumit). Lukisan dibuat mirip dengan aslinya. Kalau sekarang, seniman muda lebih suka menghasilkan karya yang sederhana, apa adanya, dan polos", kata ibu yang suka mengenakan topi dengan hiasan bunga. Banyaknya seniman muda sekarang memberi warna baru dalam dunia seni. Karya anak muda sekarang menurutnya lebih kreatif dan sederhana, sesuai dengan jiwa muda yang tidak suka dikekang dengan aturan atau batasan-batasan. “Memang seharusnya seni seperti itu, jangan dibatasi dan biarkan lahir begitu saja”, ungkapnya disela-sela mengerjakan lukisannya.
Baginya yang terpenting adalah eksistensi, nama besar, dan yang utama adalah idealisme. Baginya, seorang seniman harus memiliki idealisme terhadap karyanya. Jangan sampai seorang seniman tidak memiliki idealisme, atau justru cenderung mencuri idealisme seniman lain. Menurutnya, “Kalau para seniman memiliki idealisme, apa pun yang dihasilkan dari dirinya ga ada yang jelek kok. Tapi kalau meniru, ya sebagus-bagusnya barang tiruan tetap ga ada artinya”. Munurutnya, sekarang ini lebih banyak tukang melukis, alias melukis karena pesanan dan tidak berdasarkan idealismenya. “Udah banyak karya saya yang dipalsu orang untuk kemudian dijual demi mendapatkan uang”, keluhnya sambil menunjukan beberapa karya yang pernah dipalsukan.
Kartika Affandi berharap, akan terus lahir seniman-seniman seni rupa muda yang memiliki idealisme sendiri nantinya. Agar apa pun karya seni rupa yang dihasilkan memiliki kesan dan kebanggaan tersendiri bagi yang membuatnya dan juga orang lain yang menikmatinya. Ia memberikan penekanan dengan menyatakan dunia seni lukis harus memiliki kesan tersendiri bagi pembuatnya dan penikmatnya. Kartika Affandi berharap, “Mudah-mudahan akan lahir maestro-maestro seni rupa berbakat nantinya, agar dapat terus memberi warna bagi dunia seni rupa ke depannya”. Meski fisik sudah tidak mendukung, Kartika tidak mau kalah dengan seniman muda. Ia tetap ingin memperlihatkan ke muka publik bahwa dia masih mampu berkarya, bahkan tidak sedikit sumbangsihnya bagi bangsa ini.
[Farmaditya Wisnuwardhana/153080350-Penulisan Berita/soft news]

"Bird Market Farewell Party" Menambah Penghasilan Pedagang Setempat

Softnews : Intan Kusuma Cahyani Putri 153080171

"Bird Market Farewell Party" adalah acara yang diselenggarakan dalam rangka Boyongan Pasar Burung Ngasem memberikan keuntungan yang besar bagi para pedagang setempat.



Pindahnya Pasar Burung Ngasem menuju pasar baru yang berada di Jalan Dongkelan, membuat komunitas Kampoeng Boedjaja Tamansari (KBT) memprakarsai untuk membuat event yang bertajuk "Bird Market Farewell Party". Acara tersebut dibuat dalam berbagai rangkaian acara dan direspon oleh banyak pihak seperti pemerintah, seniman perupa, dan kalangan umum lainnya.

Pada tanggal 28 Maret 2010 telah diselenggarakan acara Melukis Pasar Burung Ngasem untuk Anak yang pendaftarannyta dibatasi 100 orang. Selanjutnya pada tanggal 11 April 2010 diadakan acara Melikis dan Membatik Pasar Buung Ngasem untuk umum dan seniman. "Tujuan utama digelarnya kegiatan ini memang untuk mendokumentasikan saat-saat akhir keberadaan Pasar Burung Ngasem dan animonya cukup bagus," ungkap Ketua KBT Kompi Setyoko. Acara tersebut dimulai pada pukul 10.00 WIB dan bertempat ditengah-tengah Pasar Ngasem. Rangkaian acara tersebut dimanfaatkan para pedagang untuk mendapatkan keuntungan lebih, hingga para pedagang seperti penjual bakwan kawi, mie ayam, angkringan, dan berbagai penjual minuman dingin datang sebelum acara dimulai.

Acara tersebut berjalan lancar dan sangat ramai. Hingga dagangan para penjual habis sebelum acara sebelum acara selesai. "Acara ini menguntungkan bagi saya karena dagangan lebih cepat habis dan keuntungan hasilnya lebih banyak" ujar Warso, salah seorang pedagang bakwan kawi.

Boyongan Pasar Burung Ngasem

Hardnews . Intan Kusuma Cahyani Putri . 153080171

Yogyakarta(11/04), kepindahan pasar burung di kawasan pasar ngasem menuju lokasi baru di jalan dongkelan mendapat perhatian luar biasa dari banyak kalangan. telah disediakan 300 an kios dengan 258 kios khusus untuk kepemilikan kartu pedagang dan 3 zona kompos yand dimanfatkan untuk pupuk tanaman hias. serta diadakannya berbagai kegiatan budaya yang bertajuk Bird Market Farewell Party.



Pindahnya Pasar Burung Ngasem mendapat perhatian luar biasa dari banyak kalangan,antara lain Pemerintah, Seniman Perupa dan Komunitas. Perpindahan ini juga mendapat dukungan dari para pedagang, karena aspirasi para pedagang mengalir serta dikabulkan aspirasi tersebut, seperti dengan tidak adanya biaya perpindahan serta bebas biaya retribusi selama 6 bulan. Kesepakatan ini dibuat untuk mendukung perpindahan pasar burung ngasem serta adanya Misi bersama.

Pada pasar baru yang berada dijalan Dongkelan telah disediakan 258 kios untuk para pedagang satwa maupun pedagang perlengkapan satwa yang mempunyai kartu pedagang dan akan direncanakan pembuatan 50 kios lagi. Konsep dari pasar baru ini menciptakan pasar modern dan bersih seperti disediakannya tempat memandikan binatang yang di perjualbelikan dan wastafel untuk mencuci tangan. Selain itu telah disediakan 3 Zona kompos yang selanjutnya dapat di manfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman hias yang ada di bursa tanaman hias yangb berada di sebelah pasar burung tersebut.

Disamping itu didakan juga berbagai kegiatan budaya yang bertajuk Bird Market Farewell Party. Kegiatan ini diprakarsai oleh komunitas Kampoeng Boedaja Tamansari (KBT) ini seakan menandai detik-detik terakhir "perpisahahn" pasar burung dengan warga Tamansari yang sering maupun yang pernah berinteraksi dengan pasar burung tersebut. Serangkaian acara seperti melukis dan membatik ditengah pasar burung tersebut direspon berbagai pihak. "Namun event ini juga terbuka bagi siapa saja yang hanya sekedar ingin memunculkan romantisme semasa keberadaan pasar burung ngasem dengan merekam gambar,atau hanya sekedar menghadiri saja," ungkap ketua KBT Kompi setyoko.

Senin, 12 April 2010

Kerajinan Tangan Kembali Diminati

HARDNEWS : SEKAR SENJA DIWANI - 153080302

Walaupun bersaing dengan produk plastik yang lebih murah dan lebih awet, kerajinan tangan tetap mampu bersaing di pasar global.


Isu global warming sudah lama terdengar dan membuat beberapa kelompok masyarakat di belahan dunia manapun bergeming menaruh perhatian khusus. Tidak heran suhu udara yang tadinya panas dan cerah sedetik kemudian hujan deras disertai petir. Perubahan cepat alam dan keadaannya disebabkan karena pengaruh global warming yang terjadi salah satunya karena pencemaran udara karena manusia yang serakah dan tidak peduli lingkungan.

Kerajinan tangan dari bahan-bahan yang berasal dari alam mendapat perhatian khusus dari orang-orang yang sadar akan lingkungan. Kerajinan tangan dari hasil daur ulang alam setempat dilirik oleh masyarakat mancanegara dan juga domestik. Apalagi kerajinan ini mengusung tema budaya Indonesia seperti motif batik dari seluruh Indonesia.

Yogyakarta merupakan salah satu Kota Pengrajin Handycraft yang sering mengekspor barang-barangnya keluar negeri. Masyarakat mancanegara lebih berminat dengan kerajinan tangan ala Indonesia dari pada bahan plastik yang dibuat pabrik. Selain karena materialnya yang ramah lingkungan, motif yang disertakan dalam berbagai macam kerajinan ini mengangkat kebudayaan Indonesia yang kental dan sangat eksotis. Seperti tas bahan pandan yang ditenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan menggunakan motif batik dari berbagai daerah menambah daya tarik tas tersebut. Motif-motif daerah kini telah booming lagi karena adanya prestise tersendiri saat memakai produk dalam negeri dengan bahan yang ramah lingkungan dan motif yang kaya budaya. Produk kerajinan tangan tidak hanya diminati oleh turis mancanegara, namun masyarakat lokal juga sudah mulai melirik produk ini. “Banyak pasangan calon pengantin yang datang ke showroom saya untuk memesan kotak seserahan (asok srono) dengan memakai motif-motif tradisional Jawa, seperti pandan bermotif batik, enceng tenun, maupun lidi tenun” jelas Hirwan Tersiadi, pemilik perusahaan handycraft Sekar Lintang. “Seminar Kit untuk Seminar Nasional pun banyak yang dipesan dari toko saya, biasanya mereka meminta tas laptop dengan motif batik dan notebook dengan pernak-pernik ala Jawa” tambah Bapak dua anak ini.

Selain membuka lapangan pekerjaan yang besar, perusahaan handycraft seperti Sekar Lintang ini juga turut mengurangi dampak pemanasan global dan ikut melestarikan budaya. Bahan yang digunakan sangat ramah lingkungan seperti karton daur ulang, kertas daur ulang, dan bahan yang sudah disediakan alam. Pelestarian Budaya yang diikutkan dalam kerajinan ini pun juga sangat banyak, misalnya menenun tanpa menggunakan mesin merupakan kebiasaan masyarakat jaman dulu, motif-motif yang digunakan diambil dari berbagai macam kebudayaan di Indonesia.

Wayang Ku Melayang

SOFTNEWS : SEKAR SENJA DIWANI - 153080302

Wayang merupakan kebudayaan asli Indonesia khususnya Jawa, mempunyai falsafah, tata krama, kesusastraan, tata lukis yang semuanya asli Jawa. Namun tidak sedikit masyarakat yang melupakan kebudayaan Jawa ini.

Tidak dipungkiri bahwa Indonesia khususnya Jawa mempunyai kepercayaan tentang cerita yang terjadi pada zaman dahulu seperti cerita Ramayan dan cerita Mahabarata. Cerita ini dibawa oleh pedagang Gujarad (India) yang datang ke Indonesia. Cerita Ramayana dan cerita Mahabarata kemudian diubah secara mendasar menjadi cerita Jawa dan terciptalah kakawin Ramayana dan kakawin Baratayudha.

Wayang mempunyai tiga arti, yaitu wayang kulit, kain, maupun kayu kemudian pagelaran wayang, dan arti yang terakhir adalah refleksi filsafat hidup Jawa. Dalam suatu pagelaran wayang dipimpin oleh Dalang yang bertindak sebagai media (perantara) untuk mendatangkan roh nenek moyangdalam bentuk bayang-bayang yang menggambarkan tiruan kehidupan manusia kepada masyarakat. Wayang sebagai simbol untuk menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga menjadi pelajaran moral bagi masyarakat.
Bermacam-macam seni terkandung dalam sebuah wayang, yaitu drama, sastra, suara, tari, karawitan, ukir dan pahat. Wayang juga mempunyai berbagai macam unsur, yaitu hiburan, seni, ilmu pendidikan dan penerangan, mistik dan simbolik. Pagelaran wayang pada zaman dahulu bukan hiburan semata namun merupakan pagelaran sakral.
Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memberi perhatian khusus kepada kebudayaan wayang ini. Ada sebuah museum wayang di Jalan Yogya – Wonosari Km.7 no. 277 yang bernama Museum Wayang Kekayon Yogyakarta. Museum ini didirikan sejak tanggal 23 Juli 1990 oleh almarhum Prof. Dr. dr. KRT Soejono Prawirohadikusumo, DAS, DAJ. Beliau adalah seorang dokter kejiwaan yang memperoleh inspirasi mendirikan museum wayang saat menyelesaikan studinya di Groninge Nederland. Setelah Pak Soejono wafat, museum ini dikelola oleh anaknya yang keempat, Doni Suryo yang merupakan adik dari Roy Suryo, pakar telematika.
Menurut Pak Poniran, salah satu penjaga Museum Kekayon, museum yang buka dari 09.00 – 14.00 ini mempunyai kurang lebih lima ribu koleksi wayang. “Ada wayang tertua berasal dari Solo dan tersimpan di lemari kaca yang mempunyai usia sekitar satu abad (seratus tahun)” tutur Pak Poniran. “Wayang-wayang ini dibersihkan setahun sekali dengan ritual tertentu saat Suro” tambahnya.

Ada jenis wayang menurut hal pembedanya. Klasifikasi wayang berdasarkan waktu dibedakan menjadi enam, yaitu : Wayang Purwo, Wayang Madya, Wayang Klitik dan Wayang Krucil, Wayang Gedog dan Wayang Beber, Wayang Kartosuran (Dupara), dan Wayang Suluh. Klasifikasi wayang berdasarkan material ada empat macam, yaitu : Wayang Kulit (terbuat dari bahan kulit), Wayang Golek (terbuat dari bahan kayu), Wayang Beber (dibuat dari bahan kain), dan Wayang Orang (pemain wayang yang dilakukan oleh manusia). Klasifikasi wayang berdasarkan format / ukuran dibedakan menjadi empat macam, yaitu : Wayang Besar (Kadung), Wayang Standar (umum), Wayang Kidang Kencono (medium), dan Wayang Kaper.
Seiring bergantinya waktu, keadaan museum ini telah jauh berubah dan semakin sedikit pengunjung yang datang untuk melihat koleksi wayang yang ada di museum ini. “Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung museum ini semakin menurun” tutur Pak Hadi (40) salah satu penjaga Museum Wayang Kekayon. “Pengunjung museum ini tidak menentu, kadang ramai saat kunjungan dari sekolah-sekolah dan kadang sepi bahkan tidak ada pengunjung satu orang pun yang datang” tambahnya.

Saat museum ini masih dipegang oleh Pak Soejono masih sering diadakan pertunjukkan kesenian tradisional / Pagelaran Wayang, yang dilanjutkan dengan acara Dahar Bersama dan Peninjauan Keliling Museum. “Dulu lingkungan museum ini masih sangat terjaga, banyak pohon-pohon rindang, tanaman-tanaman langka sampai hewan-hewan yang dipelihara di sekitar museum ini, namun sekarang semuanya kurang terawat dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah maupun pemiliknya” Papar Pak Hadi yang bertempat tinggal di Jalan Magelang.

Berkurangnya minat masyarakat terhadap kebudayaan wayang memerlukan perhatian khusus mengingat wayang merupakan salah satu kebudayaan yang mempunyai arti besar bagi moral masyarakat. Dalam penokohan wayang terdapat tokoh baik dan buruk, semua kehidupan manusia tercermin dalam dunia wayang. Wayang merupakan seni yang dinamis, berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan selalu sarat dengan falsafah hidup dan estetika yang tinggi.